SEMINAR MOTIVASI DI PPTQ AL-IRSYAD KUDUS: “PERFECTLY IMPERFECT” BERSAMA UMI FARAH SUHAIMI**
Kudus, 16 Desember 2024– Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al-Irsyad Kudus sukses menggelar seminar inspiratif bertajuk “Perfectly Imperfect: Menjadi Diri Terbaik dengan Membangun Kesehatan Mental”. Acara ini menghadirkan narasumber istimewa, Umi Farah Suhaimi, motivator dan pendidik dari Singapura.
Menggali Makna “Perfectly Imperfect”
Dalam seminar ini, Umi Farah Suhaimi mengajak para peserta, yang terdiri dari santri, pengajar, dan undangan lainnya, untuk memahami konsep menerima ketidaksempurnaan sebagai bagian dari pertumbuhan diri. Dengan gaya penyampaian yang hangat dan mendalam, Umi Farah menekankan bahwa setiap individu memiliki "kisah perjalanan hidup yang unik, penuh tantangan, dan pelajaran berharga.
"Kita semua memiliki masa sulit, momen bahagia, dan peristiwa yang membentuk siapa diri kita hari ini. Namun, seringkali kita terjebak dalam tuntutan kesempurnaan yang tidak realistis, yang justru merusak mental dan emosi kita. Perfectly Imperfect mengajarkan kita untuk tumbuh dengan menerima dan menghargai proses, bukan hanya hasil akhir” ujar Umi Farah dalam sesi pembuka.
Materi Inti: Refleksi, Pemahaman, dan Pertumbuhan
Seminar ini dibagi dalam beberapa sesi interaktif yang mendorong peserta untuk aktif berpartisipasi. Materi yang disampaikan antara lain:
1. Refleksi Perjalanan Hidupe. Pserta diminta membuat grafik kehidupan, yang memetakan titik-titik penting dari peristiwa yang mereka alami dalam lima tahun terakhir, lengkap dengan emosi yang dirasakan. Kegiatan ini membantu peserta untuk memahami pola pengalaman hidup mereka dan bagaimana emosi tersebut membentuk pribadi mereka saat ini.
2. Perbedaan antara “Healthy Pursuit of Excellence” dan “Unhealthy Perfectionism”. Umi Farah menjelaskan bahwa mengejar keunggulan yang sehat mendorong individu untuk tumbuh secara positif, sementara perfeksionisme yang tidak sehat justru melahirkan kecemasan, stres, dan depresi.
"Ketika kita menetapkan ekspektasi yang tidak realistis, kita hanya akan berhadapan dengan kekecewaan. Namun, dengan menerima bahwa ‘tidak apa-apa menjadi tidak sempurna,’ kita bisa fokus pada usaha terbaik kita dan menemukan ketenangan di tengah tantangan,” terang Umi Farah.
3. Norma dan Lingkungan Aman. Dalam sesi ini, ditekankan pentingnya membangun lingkungan yang aman dan mendukung. Umi Farah mengajak peserta untuk:
- Saling mendengarkan tanpa menghakimi.
- Menjaga kepercayaan dan privasi antar sesama.
- Memberikan afirmasi positif dan dukungan untuk membantu pertumbuhan mental bersama.
4. Mengelola Ekspektasi. Materi terakhir membahas bagaimana ekspektasi yang berbeda antara diri sendiri dan orang lain bisa memengaruhi perilaku dan emosi seseorang. Umi Farah memberikan tips praktis untuk menetapkan ekspektasi yang realistis dan sehat.
#Respon Peserta dan Dampak Seminar
Seminar ini mendapat antusiasme luar biasa dari peserta. Banyak yang merasa tersentuh dengan sesi refleksi diri dan pesan-pesan yang disampaikan. Salah satu peserta menyatakan, “Saya merasa seperti diajak berdialog dengan diri sendiri. Kadang kita terlalu keras menilai diri, padahal semua proses ini adalah bagian dari perjalanan hidup. Terima kasih, Umi Farah, yang sudah membuka pandangan saya.
Kegiatan ini juga menjadi ruang aman bagi peserta untuk berbagi cerita, merenung, dan memahami bahwa ketidaksempurnaan adalah bagian alami dari kehidupan. Pesan utama *“Perfectly Imperfect”* adalah bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi versi terbaik dari dirinya, tanpa harus terbebani oleh tuntutan kesempurnaan yang tidak realistis.
#Penutupan Acara
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab yang hangat, di mana para peserta memanfaatkan kesempatan untuk menggali lebih dalam materi yang disampaikan. Umi Farah menutup seminar dengan pesan inspiratif,
“Teruslah berjalan, meskipun kadang langkah terasa berat. Kamu tidak harus sempurna, yang terpenting adalah terus bergerak maju. Sempurnalah dengan cara yang unik dan berarti bagi dirimu sendiri.”
Dengan suksesnya seminar ini, PPTQ Al-Irsyad Kudus berharap kegiatan serupa dapat menjadi agenda rutin untuk membekali santri dengan keterampilan dan pemahaman kesehatan mental yang lebih baik, sebagai bekal menghadapi kehidupan di masa depan.
"Bukan latihan yang membuat kamu sempurna, tapi setiap kesalahan yang kamu pelajari dari latihan lah yang menyempurnakan kamu"
Read More »